Syirah: 4 Langkah Pandai terjemah al quran
Oleh: FATHURI SR/SYIRAH
27-3-2007
Jakarta- Di hotel Borobudur di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta, 24 Maret kemarin diluncurkan metode baru terjemah al quran. Metode ini disebut dengan metode granada.
Sebagaimana dilaporkan Syirah 15 Maret lain nama ini terambil dan sebuah kota di Spanyol yang pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan dan gerakan terjemah (harakatut tarjamah) buku-buku ilmu pengetahuan sedunia di masa kejayaan islam (abad VII ~ XII). Dengan nama ini diharapkan metode granada dapat ikut serta dalam kemajuan umat islam.
Menurut penemunya, Solihin Bunyarnin Ahmad, Lc (40) dengan metode ini seseorang bisa terjemah al quran setelah enam jam belajar. Delapan jam yang selama ini dipublikasikan sudah menghitung toleransi terhadap peserta didik.
" Bermula dari keinginan untuk memberikan yang terbaik pada peserta didik agar cepat mengerti bahasa al quran " tutur ayah dari 7 anak ini, 4 putra 3 putri. Sebab ia sering mendengar bahwa bahasa al quran susah dipahami.
Dari situlah Solihin kemudian berusaha keras untuk membuktikan bahwa al quran itu bahasanya mudah. Waktu itu sekitar tahun 1998.
Dengan dasar pemahamannya terhadap bahasa arab ia menginventarisir kata-kata dalam bahasa arab beserta perubahannya. Ternyata perubahan itu kembali pada 3 huruf, hanya belasan saja yang tidak," jelas alumni Lembaga Ilmu Pengetahuan islam Arab Saudi (LIPIA) ini.
Selanjutnya ia membagi perubahan-perubahan kata bahasa arab itu menjadi awalan, akhiran, dan sisipan. Istilah ini disesuaikan dengan gramatika bahasa Indonesia yang sudah dikenal oleh masyarakat dibanding gramatika arab
Misalnya lafaz muslim yang terdiri dari mi'm, sin, lam, dan nun memiliki tambahan huruf diawalyaitu mim. Atau kata karim, tersusun dari kaf, ra', ya, dan mim. Ia mendapat tambahan ya'.
Dari rumus-rumus itulah pria yang lahir 12 Desember 1969 ini membuat tabel satu halaman. "Itu yang saya klaim nahwu dan saraf satu halaman," katanya. Dari rumus itu orang bisa mengetahui mana kata yang menjadi subyek, predikat, juga obyek.
Metode ini pertama kali diperkenalkan pada Forum Alumni SMP islam Al-Azhar (ASIA) di Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang diselenggarakan di masjid Al-Azhar Kebayoran Baru.
Dari sana metode ini diperkenalkan di kalangan instansi pemerintah. Di antaranya kelompok pengajian Badan Pengendalian Modal Daerah Jakarta. "Ini masih embrio," tutur Solihin.
Setelah label satu halaman itu ditemukan Solihin membuat brosur dan dipublikasikan di Penginapan haji Indonesia , Kwitang Jakarta. Di sana Solihin setiap bulan mengadakan pelatihan metode baru ini. Pesertanya kadang banyak, kadang juga sedikit, antara 50 sampai 80 orang. Tak jarang cuma 12 orang saja.
Awal tahun 2000 Solihin diundang Petguman Tinggi Ilmu al quran (PTIQ) untuk berdiskusi mengenai metode-metode terjemah al quran yang ada di Indonesia . Di sana metodenya dibandingkan dengan dua metode lain. "Metode Istiqlal dan sistem 12 langkah," terang pria kelahiran Indramayu Jawa Barat ini.
Solihin diberi wakiu salu jam untuk presentasi dan ternyata ia berhasil. "Dari situ kita mulai dipanggil ke Bandung , Surabaya , Medan ,...," katanya.
Sekarang, sudah dua bulan ini Solihin dibantu oleh granada Communication, mengadakan berbagai pelatihan.
Menurut mahasiswa S2 di Institut Ilmu al quran ini sepanjang melakukan pelatihan dengan metode ini rata-rata peserta didik rnenunjukkan keberhasilannya tidak kurang 85 persen.